Kamis, 03 Oktober 2013

Kewajiban Ukhti Terhadap Anaknya




KEWAJIBAN UKTI TERHADAP ANAKNYA
Anak adalah amanah yang Allah pikulkan di pundak orang tua. Dalam Al Qur’an, anak disebut sebagai “batu ujian” bagi orang tua. Hadirnya anak akan menguji seseorang, apakah seseorang itu benar-benar memahami amanah ini atau tidak (QS. Al Anfal : 28).
Kewajiban yang harus dipenuhi oleh Orang tua terhadap anak yang dilahirkannya sesuai dengan ajaran Islam antara lain:
1.      Bersyukur atas Kehadiran Anak
Bersyukurlah atas kehadiran seorang anak karena ia adalah anugerah dan nikmat dari Allah. Allah sangat menghargai wanita yang hamil sehingga jika karena suatu hal seorang ibu Muslimah yang melahirkan meninggal dunia karenanya, maka ada jaminan masuk syurga. Ini bentuk penghormatan dari Allah SWT padanya.
Rasulullah SAW bersabda,
Syuhada ada tujuh macam selain yang terbunuh di jalan Allah… dan perempuan yang mati karena melahirkan (HR. Malik)
Menggugurkan kandungan (aborsi) tatkala ruh telah ditiupkan ke janin tanpa alasan syar’I termasuk kategori pembunuhan yang dosanya besar. Berbeda halnya dengan pertimbangan atau pengaturan ihwal kelahiran anak karena pertimbangan financial orang tua. Di kalangan para sahabat dahulu, ada kebiasaan praktik ‘AZL yakni mencabut penis ketika akan ejakulasi sehingga cairan sperma tidak masuk. Dan ini tidak dilarang oleh Allah SWT.
Dalam istilah kedokteran dikenal dengan sebutan Kontrasepsi yakni pencegahan kehamilan. Kontrasepsi ada yang bersifat permanen seperti Vasektomi dan Tubektomi. Vasektomi ialah kontrasepsi pada laki-laki berupa pemotongan saluran sperma sehingga sel sperma tidak bisa keluar bersama cairan mani pada saat ejakulasi. Sedangkan Tubektomi merupakan kontrasepsi pada perempuan berupa pemotongan saluran telur sehingga sel telur (ovum) mati dan tidak bertemu sperma. Selain itu, ada pula Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) yakni suatu alat yang dipasang dalam rahim untuk membunuh sperma yang masuk bahkan dapat menghancurkan zigot. Adapun kontrasepsi yang bersifat non-permanent seperti penggunaan pil dan suntik yang lebih bersifat hormonal.
Adapun cara yang bersifat mekanis dan alami adalah dengan menggunakan kondom, praktik ‘azl dan system kalender (melakukan jimak pada hari-hari tidak subur). Ketiga cara ini adalah cara-cara yang aman dan tidak bertentangan dengan syariat.
  1. Melakukan Hal-Hal yang Masyaru’ Pasca Kelahirannya
Ada 5 hal yang harus dilakukan dalam pekan pertama yaitu :
a)      Azan di telinga kanan begitu bayi keluar dari perut ibunya
b)      Iqamah diperdengarkan di telinga kiri setelah azan
c)      Tahnik yaitu mengoleskan kurma yang telah dilumat dalam mulut ke dalam rongga mulut bayi. Materi yang paling baik adalah kurma atau madu, jika pun tidak ada dapat dilakukan dengan sesuatu yang manis dan orang yang mentahniknya adalah orang yang sholeh sehingga diharapkan si bayi dapat ketularan sholehnya.
d)     Aqiqah yaitu menyembelih kambing sebagai ungkapan rasa syukur, lalu dagingnya dibagi-bagikan kepada tetangga. Hal ini dilakukan pada pecan I,II atau III. Setelah itu dilakukan pencukuran rambut dan pemberian nama.
e)      Pemberian nama
Rasulullah SAW bersabda ketika bertanya kepada seorang ayah tentang nama anaknya dan dijawab bahwa namanya “Aziz”
“Janganlah kau beri nama Aziz, akan tetapi namailah Abdurrahman. Kemudian beliau bersabda, Sebaik-baik nama adalah Abdullah, Abdurrahman dan Harits (HR. Ahmad).
Dalam hal ini “Aziz” tidak diperbolehkan karena termasuk salah satu nama Allah, untuk diperbolehkan maka harus ditambahkan menjadi Abdul Aziz.
f)       Khitan. Khitan sebaiknya dilakukan sebelum sang anak menginjak usia baligh.
Rasulullah SAW bersabda,
“Perbuatan fitrah ada lima : khitan, mencukur rambut kemaluan, memotong kumis, memotong kuku dan mencabut buku ketiak” (HR. Bukhari).
  1. Menyusui Hingga Genap Dua Tahun
Allah SWT  berfirman,
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan… (QS. Al Baqarah :233)

  1. Mendidik dengan Didikan yang Baik
Orang  yang paling bertanggung jawab atas pendidikan seorang anak sebelum siapa pun adalah orang tuanya. Adapun materi yang perlu dididikkan kepada seorang anak antara lain:
  1. Pendidikan spiritual
Pendidikan spiritual (tarbiyah ruhiyah) adalah pendidikan yang menyentuh hati dan ruhani. Pendidikan akidah adalah mentauhidkan Allah SWT dan tidak menjadikan selain Nya sebagai tandingan (QS. Lukman:13). Pendidikan ibadah meliputi pendidikan untuk menjalani ibadah seperti shalat, puasa, berdoa, dsb.
  1. Pendidikan Intelektual(tarbiyah tsaqafiyah)
  2. Pendidikan Perasaan (tarbiyah ‘athifiyah)
  3. Pendidikan Moral (tarbiyah khuluqiyah)
  4. Pendidikan Kesehatan dan Kebersihan
  5. Pendidikan Kedisiplinan dan Kemandirian

Beberapa bentuk pendidikan yang harus diperhatikan seorang ibu agar mendapatkan hasil yang optimal antara lain:
1)      Pendidikan dengan Keteladanan.
Sebelum dengan pengarahan maka anak belajar dari orang tuanya dengan melihat perbuatan yang dilakukan dan mendengar kata-kata yang diucapkan.
2)      Pendidikan dengan Pembiasaan
Karakter bukanlah suatu anugerah yang diperoleh dari langit, namun ia produk dari suatu proses. Aisyah menceritakan ada seorang Sahabat yang bertanya kepada Rasulullah SAW,’ amalan apakah yang dicintai Allah?” Rasulullah SAW menjawab…
… “Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus meskipun sedikit” (HR. Bukhari)
3)      Pendidikan dengan Perhatian
4)      Pendidikan dengan Hadiah dan Hukuman
5)      Pendidikan dengan Doa

SUMBER : Takariawan C, dkk.2011. Keakhwatan 1.  Surakarta : PT. ERA ADICITRA INTERMEDIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar